Editorial khusus koranmerah (31/01/2018)
oleh : Lalu wisnu
Akesbilitas buat penyandang difabel di kota mataram masih jauh dari kata layak bahkan semakin hari semakin memprihatinkan terutama akesbilitas di tempat tempat umum seperti ruang terbuka.
Sebagai ibu kota provinsi Nusa Tenggara Barat, kota mataram yang seharusnya menjadi acuan dan contoh buat kota kota kabupaten yang lainnya di NTB malah menjadi tempat yang ppaling banyak kita jumpai pembangunan pembangunan yang penuh pro dan kontra terutama masalah aksesbilitas. Sebagai contong pembangunan trotoar yang rata rata ketinggianya hampir di atas 30 cm yang sangat susah di akses oleh difabel pengguna kursi roda. Begitu juga dengan halte halte yang di bangun yang tak sesuai standar aksesbilitas.
pengguna kursi roda harus menggunakan bahu jalan jika mau beraktifitas di sekitaran mataram. Dan ini sangat membahayakan buat pengguna kursi roda karena harus berbagi dengan kendaraan yang ramai berlalu lalang. Sementara trotoar yang megah tak bisa mereka akses karena ketinggianya yang di atas rata rata yang di tentukan buat pengguna kursi roda.
Begitu juga dengan halte yang konon di buat untuk mempermudah para difabel menggunakan angkutan umum yang sudah di siapkan. Lagi lagi mereka harus berjibaku dengan ramp ( tangga miring ) yang sangat curam sehingga membahayakan buat difabel jika naik maupun turun. Belum lagi masalah halte ini yang di bangun di atas trotoar yang tinggi. Kesulitan para difabel menjadi berlipat ganda karena rintangan rintangan yang harus mereka lalui untuk mengunakan angkutan umum tersebut ternyata cukup sulit.
Ini berbanding terbalik dengan pidato Wali Kota Mataram saat membuka acara tatap muka dengan potografer difabel tanpa tangan asal jawa timur Bang Dzoel Dengan tema Charity Disability di Epicentrum Mall mataram pada Hari Sabtu 27 Januari 2018 kemarin. Dalam acara tersebut Pak Ahyar Abduh yang saat ini menjadi kandidat Cagub NTB 2018-2023 mengatakan akan memenuhi kebutuhan para penyandang Difabel terutama masalah aksesbilitas di tempat tempat umum baik itu di gedung gedung perkantoran maupun di tempat terbuka seperti ruang hijau/taman yang ada di NTB ini.
Kalau kita perhatikan mengenai statement bapak Ahyar Abduh sebagai Wali Kota Aktif, maka perlu di pertanyakan mengenai komitmen beliau itu karena saat ini kota mataram sama sekali tak ramah dengan difabel terutama masalah aksesbilitas seperti yang beliau janjikan dalam pidatonya. Dan itu sempat di pertanyak oleh Lalu Wisnu Pradipta salah satu peserta yang hadir dalam acara tersebut.
Ketika Lalu Wisnu mempermasalahkan Trotoar yang tinggi dengan bola bola besar yang ada di tengahnya, pak ahyar beralasan bahwa itu adalah proyek yang di kerjakan oleh provinsi tanpa ada kordinasi dengan pihak wali kota sebagai yang punya wilayah. Dan beliau berjanji akan berkordinasi dengan pihak terkait supaya bola bola tersebut di pindahkan. Sementara untuk trotoar yang sama sekali belum bisa di akses oleh kursi roda, pak Ahyar Abduh sama sekali tak mengomentari masalag tersebut.