Klaim:
Sebuah video yang beredar di TikTok (https://vt.tiktok.com/ZSkhYqDp5/) menunjukkan cuplikan pertemuan antara Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dan Presiden Prabowo Subianto. Dalam video tersebut ditambahkan teks bernada kasar dan menyerang pihak ketiga dengan istilah seperti “anak haram konstitusi”, “fufufafa”, serta menyebut soal pengkhianatan dan ancaman penendangan dari Istana. Video itu seolah-olah menggambarkan dialog sungguhan yang terjadi di antara mereka.
Hasil Pemeriksaan fakta :
Tim Cek Fakta Koranmerah.com melakukan penelusuran dan analisis terhadap video viral tersebut dan menemukan bahwa:
Video Asli merupakan bagian dari acara kenegaraan resmi, yakni peringatan Hari Lahir Pancasila pada 2 Juni 2025 yang berlangsung di Gedung Pancasila, Jakarta.
Dalam video asli yang ditayangkan kanal resmi Sekretariat Presiden di YouTube (https://www.youtube.com/watch?v=wwMR5Oz4hwM), tidak ada percakapan seperti yang dimuat dalam teks video editan TikTok. Suara asli dalam momen itu bahkan tidak terdengar, karena hanya menampilkan gambar ketika Megawati, Prabowo, dan Gibran saling berjabat tangan atau berbincang sebentar tanpa mikrofon aktif.
Berdasarkan pemberitaan media seperti Kompas.com dan Detik.com, suasana pertemuan mereka dilaporkan berlangsung adem dan hangat, bukan tegang apalagi penuh tuduhan. Ketua Harian Gerindra Sufmi Dasco Ahmad menyatakan bahwa tidak ada ketegangan dan interaksi yang terjadi adalah hal biasa dalam acara kenegaraan.
Kompas.com – “Prabowo, Megawati, Gibran Bertemu di Hari Pancasila, Dasco: Adem Suasananya”
Detik.com – “Cerita di Balik Prabowo, Gibran, dan Megawati saat Hari Pancasila”
Istilah seperti “fufufafa” dan “anak haram konstitusi” adalah bagian dari meme internet yang berkembang dalam ruang satire politik digital Yang mengarah pada Wapres Gibra Rakabuming Raka. Tidak ada bukti bahwa Megawati atau Prabowo pernah menggunakan istilah itu secara langsung.
Jenis konten seperti ini tergolong satir, yaitu rekayasa naratif yang sering digunakan untuk menyindir atau menghibur dengan maksud tidak serius. Namun, bila tidak disertai konteks yang jelas, konten semacam ini bisa menyesatkan dan menimbulkan misinformasi.
Kesimpulan:
