Dalam upaya membangun sinergitas antara masyarakat Desa Karang Sidemen, Kecamatan Batukliang Utara, dan Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Air Minum Tirta Adhia Rinjani (TIARA), Pertemuan Konsultasi Masyarakat (PKM) dihadiri oleh Wakil Bupati Dr. Nursiah pada Kamis (14/12).
Koresponden Koranmerah.com
Perusahaan Umum Daerah Air Minum (Perumdam) Tirta Ardhia Rinjani atau PDAM Lombok Tengah mulai mematangkan strategi antisipatif menghadapi datangnya musim hujan. Langkah ini disiapkan untuk menjaga kualitas layanan air bersih agar tetap optimal bagi masyarakat.
Tidak hanya berorientasi jangka pendek, PDAM Lombok Tengah juga menyiapkan skema penanganan jangka panjang sebagai bagian dari upaya mewujudkan sistem pelayanan air bersih yang berkelanjutan. Direktur Utama PDAM Lombok Tengah, Bambang Supratomo, memaparkan sejumlah solusi teknis yang tengah dan akan dijalankan guna mengatasi potensi air keruh dan berubah warna saat curah hujan meningkat.
Menurut Bambang, pihaknya menyadari bahwa perbaikan kualitas air tidak dapat dilakukan secara instan dan menyeluruh, mengingat saat ini sistem pengolahan air masih dalam tahap pengusulan dan pengembangan. Meski demikian, PDAM memastikan tidak bersikap pasif sambil menunggu realisasi program besar tersebut.
“Namun sambil menunggu itu, kita tidak tinggal diam. Yang saya ini (jangka pendek) kita lakukan saat ini adalah meminimalisir tingkat kekeruhan dengan cara-cara teknis kita dengan banyak cara seperti flushing, membuat filtrasi dan sebagainya,” terang Bambang saat diwawancarai Tribun Lombok di Praya, Rabu (5/11/2025).
Ia menegaskan, berbagai upaya teknis tersebut difokuskan untuk menekan dampak dalam jangka pendek agar gangguan kualitas air tidak dirasakan langsung oleh pelanggan. Namun ke depan, PDAM Lombok Tengah menilai kebutuhan akan sistem pengolahan air yang lebih komprehensif menjadi hal yang tidak terelakkan.
“Perencanaannya sudah jadi, sekarang sedang proses pengusulan. Kami inginkak seperti di Lempanas dibuatkan instalasi pengolahan,” terang Bambang.
Lebih lanjut, Bambang menyebutkan bahwa hingga saat ini pihaknya belum menerima laporan maupun keluhan dari masyarakat terkait kondisi air yang keruh atau berwarna selama musim hujan. Meski begitu, manajemen tetap akan menggelar pembahasan internal bersama seluruh jajaran untuk memperkuat langkah antisipasi.
Ia juga berharap adanya pemahaman dari masyarakat, mengingat pada saat pembangunan SPAM oleh Kementerian PUPR sebelumnya belum dilengkapi dengan instalasi pengolahan air yang memadai, karena kala itu kualitas sumber air dinilai masih baik.
“Sekarang ini terjadi perubahan iklim, perubahan situasi alam disana yang membuat sudah saatnya dibutuhkan sistem pengolahan. Dan ini yang kita usulkan ke PUPR,” demikian Bambang.