Beranda Traveling dan Wisata Anggap Wisata Penyebab Gempa, Warga Sembalun Robohkan Gerbang Dan Fasilitas Wisata

Anggap Wisata Penyebab Gempa, Warga Sembalun Robohkan Gerbang Dan Fasilitas Wisata

6
BERBAGI
Sekelompok warga saat menumbangkan gerbang selamat datang ke desa wisata Sembalun Lawang

Koresponden Koranmerah [Rabu,20/3]


Sekelompok warga di desa Sembalun Lawang, Lombok Timur merobohkan pintu gerbang masuk ke desa. Pintu Gerbang itu bertuliskan Selamat Datang di Desa Wisata Sembalun Lawang, Senin, [18/3/2019].

Selain merobohkan pintu gerbang, warga ini juga merusak sejumlah tempat selfi di Desa Beleq yang menjadi ritus wisata sejarah disana.

Hal ini dibenarkan oleh warga Sembalun Lawang yang juga pelaku wisata di desa itu, Rosyidin Sembahulun.

Menurutnya, peristiwa itu benar terjadi karena adanya sekelompok warga yang beranggapan bawah pariwisata menyebabkan gempa kembali menerjang pada Minggu [17/3].

” Asumsi mereka itu, pariwisata menyebabkan terjadinya gempa. akhirnya dirusaklah. Dirusaknya fasilitas yang ada disana, gerbang, tempat selfie yang ada di desa beleq, situs sejarah itu, rumahnya tidak dirusak, cuman spot selfie yang kayak dibukit selong terus gerbang fasilitas yang ada disana,” ungkap Rosyidin.

Rosyidin selaku warga dan pelaku wisata sangat menyayangkan adanya perusakan ini. Meski kondisinya sudah aman, namun tentu akan memiliki dampak bagi kondisi Sembalun Lawang saat ini.

” Hanya segelintir orang yang berasumsi seperti itu,” tambahnya.

Sebenarnya peristiwa perobohan ini imbas dari perbedaan pandangan warga desa Sembalun Lawang terhadap desa wisata mereka sebelum terjadi gempa pada Minggu [17/3] lalu. Warga terpecah, ada yang berkeinginan untuk tetap membuka Sembalun Lawang sebagai desa wisata, ada juga yang lebih setuju ditutup, dengan alasan manajemen yang amburadul hanya sekelompok orang yang menikmati.

Akhirnya pada hari Sabtu sebelum gempa terjadi, diputuskanlah oleh pihak desa bahwa Desa Sembalun Lawang tetap dibuka dengan syarat manajemen diperbaiki dan menempatkan orang yang ahli dibidang wisata untuk mengurus manajemen desa wisata tersebut, termasuk meminta pengunjung ketika azan untuk sholat dan beribadah.

Namun peristiwa gempa kembali terjadi pada hari Minggunya dengan kekuatan M=5,4 dan M=5,1 yang kembali menelan korban jiwa dan rumah rusak.

” Pada hari Senin [18/3], tanpa konfirmasi, beberapa oknum masyarakat yang notabene mengaku diri mereka orang agamawan mengajak masyarakat untuk merusak itu, [fasilitas wisata],” katanya.

Hal yang menguatkan dugaan orang-orang ini adalah karena sebulan terakhir sebelum gempa pada hari Minggu itu, sudah ada sejumlah wisatawan lokal maupun mancanegara yang datang berkunjung ke Sembalun Lawang, bahkan ada yang menginap. Hal inilah yang menjadi alasan kemudian sekelompok warga ini berpikiran bahwa kunjungan orang luar mancanegara menjadi penyebab terjadinya gempa.

6 KOMENTAR

  1. Pemerintah harus turun tangan untuk pembinaan masyarakat khususnya mental. Musibah memang terjadi sebagai peringatan kepada manusia tetapi tidak serta-merta harus melimpahkan kesalahan pada pariwisata. Kita yang harus introspeksi diri kalau memang kita orang beriman; bejogetan, nyongkolan berlebihan dengan iringan kecimol, mabuk-mabukan dll. Haruskah bangunan yang jadi korban? Bukankah ruas jalan-jalan, kantor-kantor, dana desa dan banyak lagi bantuan dari pemerintah seyogyanya berasal dari rakyat dan hampir separuhnya berasal dari pajak pegiat pariwisata untuk daerah NTB.

  2. Bukan Wisatawan Menjadi Penyebabnya, tapi Pengelolaan dan juga peraturan yang kurang ketat dan tepat terhadap para pelaku wisata yang berkunjung kesana. itulah pentingnya sosialisasi guna memberikan pemahaman yang komplit dalam memahami apa itu WISATA ALAM. bukan hanya tentang Selfie, Like, dan Share. tapi penting untuk kita tau cara pengelolaan dan merawat alam supaya mengurangi Bencana Alam yang sejatinya disebabkan oleh Manusia itu sendiri.

  3. Parawisata itu penting
    Tapi jangan menghalalkan segala cara karena Rinjani punya sejarah dan di tempat ini pertemuan para wali di seluruh dunia,

    Sehingga tempat yg boleh di kunjungi harus di buatkan zona / wilayah yang boleh, siapa yg atur tentu Tokoh dan para pemuka setempat yg lebih tau daerah dan disesuaikan dg aturan pemerintah.-

Tinggalkan Balasan ke Eko Batal balasan

Please enter your comment!
Please enter your name here