Beranda Nasional Pagah Praye, Sesenggak Sasak Simbol Keteguhan Prinsip. Ini Riwayat Asal Muasalnya

Pagah Praye, Sesenggak Sasak Simbol Keteguhan Prinsip. Ini Riwayat Asal Muasalnya

3
BERBAGI
pagah praye
para tokoh dalam peristiwa perang tokoh praya, lombok tengah dengan kerajaan Bali Mataram yang disebut Congah Praye lalu kemudian melahirkan sesenggak Pagah Praye

Koresponden Koranmerah ( Minggu 9/9)


Pagah Praye adalah satu Sesenggak Sasak ( Istilah/Pepatah Suku Sasak)  di bagian tengah Lombok. Banyak yang belum memahami makna dari Sesenggak Sasak ini. Bahkan sebagian orang menempatkan Sesenggak Sasak ini bukan pada tempatnya.

Menurut Tokoh Suku Sasak, HL.Syamsir, Sesenggak Sasak ini memiliki makna yang sangat fundamental bagi masyarakat di bagian tengah Lombok yakni Praya. Dimana secara etomologi bahasa Pagah artinya teguh pendirian.

Pagah Praye adalah symbol keteguhan prinsip, keteguhan ideologi, kemantapan sikap yang tidak goyah oleh bujuk rayu apapun setelah mengambil suatu keputusan.” Ungkap Syamsir.

Menurut Wakil Ketua Pemucuk Paer Majlis Adat Sasak ini, Pagah Praye adalah symbol kemantapan hati, pikiran dan tenaga dalam rangka memperjuangkan sesuatu yang benar. Sesenggak yang mengambarkan masyarakat sasak memiliki nilai moral tinggi dalam mempertahankan keyakinan yang berdasarkan pada nilai keilahian.

“ Jadi Pagah Praye itu, memiliki makna yang sangat tinggi jika dikaji. Tapi sekarang ada orang yang salah menempatkan sesenggak ini.” Jelasnya.

Asal muasal Sesenggak ini tak lepas dari perang Praye yang disebut Congah Praye. Dimana para tokoh praya waktu itu, semisal Lalu Islamil alias Guru Bangkol mengangkat senjata melawan penjajahan yang dilakukan oleh Kerajaan Bali Mataram.

“ Perang itu terjadi sekitar tahun 1896 Masehi, Guru Bangkol bersama rakyat mengangkat senjata untuk melawan dominasi kerajaan Bali Mataram yang kemudian disebut Congah Praye.” Tuturnya.

Dalam perang tersebut, posisi Guru Bangkol mengambil markas di Masjid Jamiq Praya. Ia bertahan dengan 7 orang ksatria yang tangguh. 7 punggawa itu, antara lain yakni Amaq Gewar Serengat, Amaq Lembain Rancak, H. Abdussomad Semayan satu dari Desa Mangkung. Guru Bangkol dan 7 punggawa ini bertahan berbulan bulan di Masjid Jamiq dengan kepungan prajurit kerajaan Bali Mataram.

“ Disitulah ia dibujuk dengan segala macam cara oleh Raja Bali Mataram untuk menyerah dan tidak melakukan perlawanan, bahkan ia ditawari jabatan dan harta. Namun Guru Bangkol dan punggawa yang lain tetap tidak mau dan  teguh berpendirian bahwa kerajaan bali mataram harus hengkang dari Lombok.” Urai keturunan kerabat Guru Bangkol ini.

Akhirnya berkat perjuangan Guru Bangkol dan juga masuknya Belanda waktu itu, maka kerajaan Bali Mataram kemudian kalah. Kerajaannya pun hancur lebur di Cakranegara.

“ Lalu usai perang tersebut, karena keteguhan pendirian dan prinsip guru bangkol dan orang orang praya, maka tersebutlah sebuah istilah sesenggak yakni Pagah Praye. “ Pungkasnya.

3 KOMENTAR

Tinggalkan Balasan ke Suhardi Batal balasan

Please enter your comment!
Please enter your name here